Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Hubungan kebiasaan menginang dengan kejadian gingivitis pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI

  • Desak Ayu Dhyana Nitha Dewi ,
  • I Made Subrata ,
  • Ni Wayan Arya Utami ,

Abstract

Background: Elderly is one of the risk groups for periodontal disease, one of which is gingivitis. This study aimed to identify the relationship between betel chewing habits and the incidence of gingivitis among elderly in the Kintamani VI Health Center.

Methods: A quantitative analytical research design with a cross-sectional approach was used in this study, involving about 134 elderly respondents aged 55 years and over in the Kintamani VI Public Health Center. The variabels measured in this study included the characteristics of the elderly (age, gender, occupation, and income), the incidence of gingivitis, betel chewing habits, the habit of brushing teeth and rinsing with antiseptiks, and knowledge related to gingivitis.

Results: The results of the analysis showed that most of the incidence of gingivitis was found in the male group, aged between 75 to 90 years, worked as traders/entrepreneurs, earned more than the regional minimum wage Bangli Regency (IDR 2,516,917), had betel chewing habits, had less knowledge, not regularly brushing teeth every day, and not gargling with antiseptik liquid. The proportion of respondents who had betel chewing habit was 43.3% and 61.9% had gingivitis. In addition, the betel chewing habit can increase the risk of gingivitis up to 3,269 times and earning more than the regional minimum wage is at risk of experiencing gingivitis by 3,618 times.

Conclusion: Health promotion to the elderly group and their families is very important to increase awareness that brushing teeth properly and correctly can prevent gingivitis and good for oral and dental health.

 

Latar Belakang: Lansia merupakan salah satu kelompok berisiko untuk terkena penyakit periodontal, salah satunya adalah gingivitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kebiasaan menginang dengan kejadian gingivitis pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI.

Metode: Rancangan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan crosssectional digunakan dalam penelitian ini, dengan melibatkan 134 responden lansia yang berusia 55 tahun ke atas di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI. Variabel yang diukur pada penelitian ini meliputi karakteristik lansia (usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan penghasilan), kejadian gingivitis, kebiasaan menginang, kebiasaan gosok gigi dan berkumur dengan antiseptik, dan pengetahuan terkait gingivitis.

Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar kejadian gingivitis ditemukan pada kelompok laki-laki, berusia antara 75 hingga 90 tahun, bekerja sebagai pedagang/wiraswasta, berpenghasilan lebih dari UMK Kabupaten Bangli (Rp. 2.516.917), memiliki kebiasaan menginang, memiliki pengetahuan yang kurang, tidak rutin gosok gigi setiap hari, dan tidak berkumur dengan cairan antiseptik. Proporsi responden yang menginang adalah 43,3% dan sebanyak 61,9% mengalami gingivitis. Selain itu, kebiasaan menginang dapat meningkatkan risiko terkena gingivitis hingga 3,269 kali serta berpenghasilan lebih dari UMK berisiko mengalami gingivitis sebesar 3,618 kali.

Kesimpulan: Promosi kesehatan kepada kelompok lansia dan keluarganya sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran bahwa gosok gigi yang baik dan benar dapat mencegah terjadinya gingivitis serta bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

References

  1. Kemenkes RI. Kesehatan Gigi Nasional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019.
  2. Senjaya AA. Gigi lansia. Jurnal Skala Husada. 2016;13(1):72-81.
  3. Salim S. Widjaja US. Hubungan menyirih dan prevalensi penderita lesi mukosa mulut pada masyarakat Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. E-Prodenta Journal of Dentistry. 2020;4(1):272–276.
  4. Rona. Melalui BKGN, Masyarakat Bali Diajak Lebih Peduli Kesehatan Gigi dan Mulut [internet]. 2016. Available at: https://www.medcom.id/rona/kesehatan/ybDeR5Xk-melalui-bkgn-masyarakatbali-diajak-lebih-peduli-kesehatan-gigi-dan-mulut.
  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Provinsi Bali Riskesdas 2018. 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
  6. Widayati NPS, Yudha NLGAN, Hardy IPDK. Analisis faktor internal pemanfaatan pelayanan poliklinik gigi di UPT Puskesmas Kintamani VI Kabupaten Bangli. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. 2020;12(4):182–187.
  7. Gavriilidou NN, Belibasakis GN. Root caries: the intersection between periodontal disease and dental caries in the course of ageing. Br Dent J. 2019;227(12):1063-1067.
  8. Hontong C, Mintjelungan CN. Zuliari K. Hubungan status gingiva dengan kebiasaan menyirih pada masyarakat di Kecamatan Manganitu. e-GIGI. 2016;4(2):2–8.
  9. Belopadang D. Pengaruh Kebiasaan Menyirih pada Anak terhadap Kesehatan Rongga Mulut [Tesis]. 2020. Universitas Hasanuddin Makassar. Available at: http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/902/#:~:text=Hasil%20dan%20kesimpulan%3A%20kebiasaan%20menyirih,oral%20leucoplakia)%20dan%20kanker%20mulut.
  10. Parianti NKW, Ariyasa IG. Hubungan kebiasaan menyirih terhadap kejadian karies gigi pada lanjut usia di Desa Batubulan Kangin. Jurnal Virgin. 2015;1(2):2442–2509.

How to Cite

Dewi, D. A. D. N., Subrata, I. M., & Utami, N. W. A. (2023). Hubungan kebiasaan menginang dengan kejadian gingivitis pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI. Intisari Sains Medis, 14(2), 674–678. https://doi.org/10.15562/ism.v14i2.1737

HTML
0

Total
0

Share

Search Panel

Desak Ayu Dhyana Nitha Dewi
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal


I Made Subrata
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal


Ni Wayan Arya Utami
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal